Ibnu Sina si Ahli Pengobatan

Umat Islam mengenal seorang tokoh yang ahli di bidang pengobatan. Ia bernama Abu Ali Al-Husain bin Abdullah bin Sina atau lebih dikenal dengan nama Ibnu Sina. Ia juga dikenal dengan nama Avicenna. Pemikiran Ibnu Sina di bidang pengobatan diakui banyak kalangan. Karyanya yang tertuang dalam kitab Qanun fi al-Tibb menjadi rujukan selama berabad-abad.
Ibnu Sina lahir pada 980 M di Afshana, Bukhara. Semasa kanak-kanak, ia mendapatkan pendidikan yang baik. Ayahnya mengirimnya untuk belajar pada seorang guru. Ia termasuk murid yang mempunyai semangat belajar yang tinggi. Tak ayal ia menjadi anak yang sangat menonjol karena kepandaiannya.
Pada usia 16 tahun, Ibnu Sina mulai belajar kedokteran. Sambil belajar, ia juga mempraktekan ilmunya, memberi pelayanan kepada orang sakit.
Dari situ, ia menemukan metode-metode pengobatan baru. Dua tahun bergelut di dunia pengobatan, ia menjadi mahir dan dikenal masyarakat secara luas.
Pada suatu ketika, ia diminta mengobati seseorang yang punya jabatan penting di jajaran pemerintahan Dinasti Samanid. Ibnu Sina berhasil menyelamatkan pejabat itu dari serangan penyakit yang berbahaya. Ia diberi sejumlah imbalan. Namun Ibnu Sina menolaknya. Sebagai gantinya, ia meminta agar diberi akses ke perpustakaan milik negara. Sang pejabat mengabulkan permintaannya. Ia tak menyia-nyiakan kesempatan itu dengan belajar banyak buku dari koleksi perpustakaan itu.
Saat berusia 22 tahun, Ibnu Sina meninggalkan Bukhara menuju Jurjan. Tak lama kemudian, ia meninggalkan Jurjan menuju kota Hamazan karena terjadi kekacauan politik di Jurjan.
Di Hamazan, Ibnu Sina diangkat menjadi perdana menteri di Rayyand karena jasanya menyembuhkan Sultan Shams al-Dawlah, seorang penguasa dari Dinasti Buwaihi. Namun, ada kelompok dari kalangan militer yang tak suka ia berada pada posisi itu. Dengan segala cara, kelompok itu memasukkan Ibnu Sina ke dalam penjara. Atas pertolongan Sultan, ia berhasil keluar dari penjara.
Pada kesempatan yang lain, ia kembali berhasil menyembuhkan Sultan dari penyakit. Sultan pun kembali mengangkatnya menjadi menteri. Jabatan itu diembannya sampai Sultan meninggal dunia. Ketika ia ingin meninggalkan Bukhara menuju Isfahan, putra sang Sultan, Taj al-Muluk, menangkapnya. Ia dijebloskan ke penjara. Tak lama kemudian, ia berhasil melarikan diri ke Isfahan dengan cara menyamar.
Ibnu Sina menghabiskan masa hidupnya di Isfahan. Ia meninggal pada usia 57 tahun. Di akhir hayatnya, Ibnu Sina menjadi seorang guru filasafat dan dokter di Isfahan.

--------------------- Islam Bisa Advertisement ---------------------